Senin, 21 November 2011

Perubahan Iklim Sebabkan Mutasi Gen Penyakit

BOGOR, (PRLM).- Para peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) mengingatkan petani akan kemungkinan mutasi gen tanaman yang menyebabkan penyakit tanaman dapat beradaptasi dengan tanaman inangnya. Dugaan sementara, mutasi gen ini akibat perubahan iklim yang mulai terjadi. Dikhawatirkan, penyakit tanaman yang bermutasi gen itu menyerang tanaman pangan lebih dahsyat dan akan merugikan para petani.

Hal ini disampaikan peneliti sekaligus Dosen Departemen Biologi IPB, Dr. Utut Widyastuti, Minggu (9/10). Menurut dia, kemungkinan ini telah diteliti ilmuwan di Indonesia serta sejumlah ilmuwan lainnya dari Amerika Setikat. "Dari hasil penelitian itu, kami sepakat bahwa beberapa tanaman beradaptasi terhadap perubahan iklim dengan melakukan mutasi genetik," katanya.


Di Indonesia sendiri, lanjut Utut, perubahan genetik terjadi pada tanaman padi yang terserang penyakit blast. Adapun ciri tanaman padi yang terserang adalah terdapat bercak putih di tengah daun, dan sekelilingnya berwarna coklat. Lebih lanjut dijelaskan Utut,blast merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan petani. Kerugian yang dialami petani berdasarkan penelitian selama ini memcapai hampir 50 persen. Artinya, penyakit ini mengakibatkan petani gagal panen hingga 50 persen lahannya. "Untuk di Asia, penyakit ini bisa menurunkan produktivitas hingga 50 persen," katanya.

Sementara, kasus di Indonesia meunjukkan serangan penyakit blast ini menyebabkan sekitar sekitar 12 persen dari total lahan sawah mengalami gagal panen. Dikatakan Utut, penyakit blast biasanya menyerang tanaman pada dataran tinggi. Hanya saja, ada faktor lain yang menyebabkan penyakit ini juga mulai ditemukan pada tanaman di dataran rendah. "Biasanya penyakit ini menyerang sawah dataran tinggi, namun saat ini sudah ditemukan penyakit blast di lahan persawahan dataran rendah," tuturnya.

Bahkan di Bogor sendiri, khususnya daerah Jasinga pernah menjadi endemik penyakit ini pada tahun 2005 lalu. "Padahal sebelumnya di daerah ini belum pernah terkena penyakit blast," tambahnya. Perpindahan penyakit blast dari dataran tinggi ke dataran rendah inilah yang harus mulai diperhatikan dan diwaspadai oleh para petani. Sebab, penyakit ini ternyata bisa berpindah.

Selain itu, hal ini juga berarti penyakit ini dapat menyerang saat fase vegetatif dan fase generatif dari tanaman padi. Oleh karena itu, sejak tahun 2002, Utut mengambil isolat blast yang ada di rumput untuk diteliti pola serangannya terhadap padi. Setelah dimonitor terhadap isolat yang menginfeksi rumput, ada tiga gen yang bertanggung jawab terhadap ketahanan tanaman padi dari serangan penyakit blast yakni gen CUT 1, Erg dan Pwl 2. "Jika dalam tiga hari setelah tanaman padi terinfeksi blast tidak ditemukan ketiga gen ini, maka dapat dipastikan tanaman tersebut tidak tahan serangan," katanya menerangkan.

Lebih lanjut dikatakan Utut, setelah diinfeksikan ke tanaman padi, terjadi mutasi gen akibat dari proses adaptasi yang dilakukan oleh penyakit blast. Gen CUT 1 yang awalnya ada di blast yang menginfeksi rumput ternyata tidak ditemukan di blast yang menginfeksi padi. Sementara, untuk gen Pwl 2 terjadi hal yang sebaliknya."Mutasi gen ini terjadi karena penyakit blast mampu beradaptasi terhadap inangnya, sehingga dikhawatirkan terjadi pandemik yang lebih besar. Selain itu kemampuannya yang bisa berpindah dari penyakit dataran tinggi ke daerah persawahan (dataran rendah) juga sangat meresahkan," katanya. Dengan demikian, lanjut Utut, perlu ada penelitian lanjutan untuk mengatasi penyebaran penyakit ini. (A-155/A-147)***

Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/node/161289

Tidak ada komentar:

Posting Komentar