Senin, 21 November 2011

Kelautan, Kebencanaan dan Perubahan Iklim

Dewasa ini, dunia sedang disibukan dengan permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan. Ekses peradaban moderen yang ada saat ini, juga turut berkontribusi terhadap perubahan iklim yang kian lama kian terasa dampaknya. Bagaimana dengan Indonesia? Sebagai negara yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan, tentu kondisinya tidak jauh berbeda. Banyaknya bencana alam yang terjadi juga menambah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengolaan Sumberdaya Alam (TPSA), Ridwan Djamaluddin, menanggapi hal tersebut dari sisi teknologi melalui wawancara diruang kerjanya kemarin (5/01). Berikut petikannya.


Bisa disebutkan, apa program Kedeputian TPSA untuk tahun 2011 ini?

Secara garis besar, untuk tahun 2011 ini program kegiatan TPSA akan fokus pada tiga bidang besar yaitu kelautan, kebencanaan dan perubahan iklim. Isu global mengarah kepada isu-isu lingkungan, bencana, penyelamatan bumi, dan itu semua adalah ruang lingkupnya TPSA. Secara realita disisi lain, perekonomian Indonesia masih sangat didorong oleh sumberdaya alam. Walaupun sudah banyak pula terdapat industri kreatif dan industri teknologi tinggi, namun tetap yang dominan adalah sumber daya alam.

Kita harus berpikir besar. Ada kejadian apa di dunia global, pemerintah mengeluarkan kebijakan apa, kita menurunkannya dalam kegiatan.

Peran seperti apa yang dapat Kedeputian TPSA lakukan?


Secara dampak, saya berharap TPSA akan lebih terlibat pada tataran regional dan internasional. Kondisi alam kita (Indonesia-red) memberikan semua sarana yang kita butuhkan untuk berlatih. Karena itu dalam bidang lingkungan kebumian ini kita mesti menjadi pemain dunia.

Bisa disebutkan contohnya?

Salah satu yang akan diwujudkan dalam waktu dekat adalah kontribusi BPPT dalam membangun AHA Center (ASEAN Co-ordinating Center for Humanitarian Assistance on disaster management), Pusat Mitigasi Bencana Kawasan Negara ASEAN. AHA Center merupakan suatu unit di bawah ASEAN, yang akan mengelola informasi dan manajemen kebencanaan di kawasan ASEAN. Sekarang tempatnya sedang kita selesaikan di lantai 17 Gedung 1 BPPT.

Mengapa BPPT ikut serta dalam pembangunan AHA center? Apa alasannya?

Pertama, yang ikut serta adalah Indonesia, bukan BPPT. Dalam hal ini BPPT bersedia menyediakan tempatnya. Sudah tiga tahun program ini dibicarakan tapi baru sekarang bisa dilaksanakan. Apalagi sekarang Indonesia merupakan Ketua ASEAN, jadi sudah suatu kewajiban (bagi BPPT-red) untuk membantu mewujudkan AHA Center tersebut.

Kedua, kalau bicara mengenai bencana di kawasan ASEAN maka kita berbicara Indonesia. Banjir, tanah longsor, hingga pada tsunami dan gunung meletus, terjadi disini. Alasan ketiga adalah karena program ini sangat padat teknologi. Itulah landasan masuknya BPPT dalam AHA Center.

Bagaimana dengan isu lingkungan lainnya? Apa Kedeputian TPSA juga ikut terlibat?

Menyangkut pemanasan global, BPPT bertugas sebagai koordinator Technology Needs Assessment di Indonesia. Misalnya untuk adaptasi dan perubahan iklim, teknologi seperti apa yang dibutuhkan? Ipteknya seperti apa?

Yang akan dilakukan BPPT antara lain menyiapkan dokumen, yang secara iptek mengarah kepada hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam konteks adaptasi dan perubahan iklim.

Tahun 2010 lalu, BPPT bersama dengan lembaga riset Amerika, NOAA, melakukan kerjasama eksplorasi kelautan dalam program Index Satal. Apakah ada kerjasama serupa untuk tahun 2011?

Tahun ini diharapkan kita akan terlibat dalam International Ocean Discovery Program. Berbeda dengan Index Satal (Indonesia Exploration Sangihe-Talaud) yang mengarah pada kegiatan ilmiah, program ini akan mengarah pada mitigasi bencana. Program ini akan sangat padat aplikasi teknologi dan juga sangat membutuhkan biaya, untuk itu kami sedang menggalang kerjasama dengan pihak nasional dan internasional. Data-data yang didapat nantinya, akan sangat membantu Indonesia, juga negara-negara tetangga lainnya, dalam hal mitigasi bencana.

Secara kelembagaan, BPPT harus bisa mengambil porsi yang tepat, hal-hal yang sifatnya strategis, padat teknologi dan masih perlu pengembangan. Misalnya dalam program pengembangan Ina TEWS, buoy, kita tidak hanya memasangnya tapi masih terus mengembangkannya.

Tentunya kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan SDM yang handal. Apa sudah cukup memadai kemampuan SDM Indonesia?

Untuk menjadi pemain global, kesiapan SDM adalah keharusan. Saat ini SDM kita dalam tiga bidang besar itu (kelautan, kebencanaan dan perubahan iklim) sudah bagus. Dalam setiap kerjasama internasional, kami selalu memberikan kesempatan kepada SDM yang ada untuk ikut berkiprah.

Desember lalu, BPPT dipilih sebagai konsultan terbaik oleh Pertamina melalui pekerjaan studi potensi bencana di kawasan yang akan dijadikan fasilitas pengeboran minyak. Hal ini menurut saya adalah suatu apresiasi yang luar biasa, sekaligus juga pengakuan bagi kualitas SDM kita.

Dalam triwulan pertama, apa yang akan dilakukan untuk mengakselerasi rencana-rencana yang telah ada?

Jika kita kaitkan program di BPPT dengan kemandirian bangsa dan peningkatan daya saing industri, maka yang akan saya lakukan adalah berkomunikasi dengan mitra-mitra strategis, khususnya bidang kelautan yaitu industri energi dan mineral.

Selain itu, saya juga akan mengadakan FGD (focus group discussion) untuk tiga bidang besar tadi. Misalnya menyikapi masalah perubahan iklim. Jangan hanya berbicara permukaan air laut naik, pulau-pulau menghilang, suhu bumi meningkat. Tidak hanya itu, tetapi apa yang BPPT bisa lakukan dalam hal tersebut? Bagaimana menyikapi isu itu? Melalui FGD tersebut, ditargetkan kita mampu berpikir secara global.

Saya sering mengambil istilah, hanya satu bumi. Konotasinya adalah, bumi ini merupakan satu-satunya habitat yang bisa kita tempati sekarang. Jadi sebisa mungkin kita harus mengimbangi antara memeliharanya dan memanfaatkannya dengan iptek. (YRA/humas)

Sumber :
http://www.bppt.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=659:kelautan-kebencanaan-dan-perubahan-iklim-tiga-fokus-kedeputian-tpsa-2011&catid=62:teknologi-kelautan-dan-kedirgantaraan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar