Senin, 21 November 2011

What is Climate Change?

Kelautan, Kebencanaan dan Perubahan Iklim

Dewasa ini, dunia sedang disibukan dengan permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan. Ekses peradaban moderen yang ada saat ini, juga turut berkontribusi terhadap perubahan iklim yang kian lama kian terasa dampaknya. Bagaimana dengan Indonesia? Sebagai negara yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan, tentu kondisinya tidak jauh berbeda. Banyaknya bencana alam yang terjadi juga menambah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengolaan Sumberdaya Alam (TPSA), Ridwan Djamaluddin, menanggapi hal tersebut dari sisi teknologi melalui wawancara diruang kerjanya kemarin (5/01). Berikut petikannya.

Pengaruh Iklim terhadap Evolusi Manusia

Jumat, 11 Februari 2011 - Anda mungkin tahu mengapa bentuk dan ukuran hidung orang Eropa berbeda dengan orang di wilayah Asia. Ya semua itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu iklim. Dari contoh sederhana tersebut, kita dapat mengetahui bahwa iklim sangat berpengaruh pada evolusi manusia.

Laporan penelitian NRC (National Research Council) terbaru dari AS memeriksa bukti fauna dan iklim purba yang berada di balik hipotesis bahwa perubahan iklim bumi di masa lalu telah mempengaruhi evolusi kita. Hal ini karena sejumlah penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa pergeseran iklim besar di masa lalu bumi seringkali disertai dengan pertukaran fauna yang sangat tinggi, kepunahan massal mendadak, munculnya spesies-spesies baru dan inovasi-inovasi baru pada fisik dan fisiologi mahluk hidup.

Ambil contoh peristiwa perubahan iklim besar 34 juta tahun lalu. Saat itu Bumi mendingin dengan cepat dan benua Antartika terbentuk. Banyak taksa mahluk hidup yang muncul saat ini juga teradaptasi untuk hidup dalam lingkungan baru yang lebih dingin, lebih cepat berubah dan padang rumput yang kering.

Perubahan Iklim Sebabkan Mutasi Gen Penyakit

BOGOR, (PRLM).- Para peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) mengingatkan petani akan kemungkinan mutasi gen tanaman yang menyebabkan penyakit tanaman dapat beradaptasi dengan tanaman inangnya. Dugaan sementara, mutasi gen ini akibat perubahan iklim yang mulai terjadi. Dikhawatirkan, penyakit tanaman yang bermutasi gen itu menyerang tanaman pangan lebih dahsyat dan akan merugikan para petani.

Hal ini disampaikan peneliti sekaligus Dosen Departemen Biologi IPB, Dr. Utut Widyastuti, Minggu (9/10). Menurut dia, kemungkinan ini telah diteliti ilmuwan di Indonesia serta sejumlah ilmuwan lainnya dari Amerika Setikat. "Dari hasil penelitian itu, kami sepakat bahwa beberapa tanaman beradaptasi terhadap perubahan iklim dengan melakukan mutasi genetik," katanya.

Simposium Penelitian Perubahan Iklim

Bogor, 3 Oktober 2011. Indonesia merupakan daerah yang rentan terdahap perubahan iklim dan juga berpotensi memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi GRK. Demikian disampaikan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim yang diwakili oleh Asisten Deputi Urusan Mitigasi dan Pelestarian Fungsi Atmosfir dalam sambutan Simosium Penelitian Perubahan Iklim pada tanggal 3 Oktober 2011 di IPB International Convention Center, Bogor.

Disampaikan juga bahwa sudah banyak peneliti Indonesia baik dari kalangan pemerintah, akademisi maupun organisasi non-pemerintah melakukan kajian ilmiah terkait kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Namun demikian masih belum termanfaatkan secara optimal dan belum mengakomodasi dengan baik berbagai persoalan mendasar dan mendesak yang dibutuhkan untuk mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim ini.

Selanjutnya :
http://wwwnew.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=5169%3Asimposium-penelitian-perubahan-iklim&catid=43%3Aberita&Itemid=73&lang=id

Perubahan Iklim dalam Konteks Indonesia

WORKSHOP: Bandung, 7 – 8 Maret 2011. Perubahan iklim merupakan permasalahan global yang memerlukan kebijakan menyeluruh dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat. Perundingan perubahan iklim skala internasional telah menghasilkan keputusan-keputusan tingkat global yang perlu dianalisis secara ilmiah untuk diaplikasikan pada kondisi nasional suatu negara. Dalam rangka memperkuat kebijakan nasional mengenai perubahan iklim yang berbasis ilmiah (Scientific-based policy), sehingga dapat diterapkan dalam konteks Indonesia.

Untuk mengawali agenda tersebut, Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Kementerian negara Lingkungan Hidup telah mengadakan Workshop “Perubahan Iklim dalam Konteks Indonesia” pada tanggal 7 – 8 Maret 2011 di Bandung. Kegiatan ini dihadiri oleh kementerian dan Lembaga terkait, Pusat Studi Lingkungan dari Perguruan Tinggi, Pakar dan Tenaga Ahli dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang berjumlah kurang lebih 90 orang.

Selanjutnya :
http://ipcc-indonesia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=7:perubahan-iklim-dalam-konteks-indonesia&catid=7:kegiatan

Enam Keputusan Rapat Pleno Dewan Nasional Perubahan Iklim

KESRA -- 25 JANUARI: Rapat Pleno Dewan Nasional Perubahan Iklm (DNPI) yang dipimpin Menko Kesra Agung Laksono, Senin (25/1), di Kemenko Kesra, Jakarta, melahirkan enam keputusan.

Keputusan pertama, kata Menko Kesra usai rapat kepada wartawan; mendukung keputusan Delegasi Indonesia di Kopenhagen untuk berasosialisasi dengan Copenhagen Accord.

“Kemudian menugaskan DNPI untuk menanyakan kepada Sekretariat UNFCCC mengernai benatuk dukungan tertulis yang diperlukan,” katanya didampingi Ketua Harian DNPI Rachmat Witoelar dan Sesmenko Kesra Indroyono Soesilo.

Nuklir Sebagai Solusi Perubahan Iklim

JAKARTA--Nuklir termasuk energi bersih, karena ketika membangkitkan listrik tidak mengeluarkan gas CO2 dan gas berbahaya lain seperti SOx dan NOx . Hal ini penting sebagai solusi menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi sekarang. Selain itu nuklir juga berpotensi menjawab berbagai permasalahan yang disebabkan oleh pemanasan global seperti krisis pangan, ketersediaan air bersih, dan konservasi lingkungan.

Tema Hari Habitat Dunia 2011: Kota dan Perubahan Iklim

Perayaan Hari Habitat Dunia tahun ini akan diselenggarakan di Meksiko dengan tema “Cities and Climate Change” atau “Kota dan Perubahan Iklim”. Tahun lalu Meksiko juga telah menjadi tuan rumah untuk acara Perbincangan tentang Perubahan Iklim PBB di Cancun. Sekjen PBB Ban Ki Moon mengingatkan bahwa hasil dari pertemuan Cancun harus dapat menjadi alat untuk memperkuat upaya kita dalam bertindak sejalan dengan pemikiran ilmiah.

Tema Cities and Climate Change dipilih karena perubahan iklim yang berlangsung sangat cepat menjadi tantangan pembangunan paling utama, di abad 21. Tidak ada yang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi terhadap sebuah kota dalam kurun waktu 10-20 dan 30 tahun. Pada era ini, pada umumnya masyarakat tinggal di perkotaan, dan yang menjadi perhatian kita saat ini adalah dampak bencana terbesar sebagai akibat perubahan iklim diawali dan diakhir di kota. Kota juga memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan iklim.

Selanjutnya :
http://ciptakarya.pu.go.id/habitat/index.php?option=com_content&view=article&id=130%3Atema-kota-dan-perubahan-iklim&catid=60%3Ahari-habitat-2011&Itemid=122&lang=en

Perubahan Iklim: Pemanasan Global dan Efek Rumah Kaca

Oleh: Fithria Edhi dkk

Beberapa data terkait kondisi iklim dan cuaca pada saat ini sering menyebutkan bahwa Bumi telah menjadi lebih hangat sekitar 1˚F (0.5 ˚C) dari 100 tahun yang lalu. Tetapi mengapa dan bagaimana? Sebenarnya para pakar ilmu pengetahuan juga tidak tahu pasti. Bumi bisa saja menjadi hangat secara alami, tetapi banyak ahli iklim dunia yang percaya bahwa tindakan manusia telah membantu membuat Bumi menjadi lebih hangat.
Iklim menggambarkan total cuaca yang terjadi selama satu periode tertentu dalam setahun di suatu tempat tertentu, termasuk didalamnya adalah kondisi cuaca rata-rata, musim (dingin, panas, semi, gugur, hujan, dan kemarau), dan gejala alam khusus (seperti tornado dan banjir). Iklim memberitahu kita bagaimana tinggal di daerah tertentu. Bogor kota hujan, Jakarta panas, dan Bandung sejuk dan lainnya.

Lalu apa yang membedakan iklim dan cuaca dan apa yang mempengaruhi iklim di bumi, secara singkat iklim bisa dikatakan sebagai rata-rata dari cuaca. Bedanya, memperkirakan cuaca untuk jangka waktu lebih dari beberapa hari relatif sangat sulit karena sifat ketidakpastiannya yang tinggi. Sebaliknya, memperkirakan perubahan iklim yang disebabkan oleh perubahan komposisi atmosfer atau faktor-faktor lainnya, secara umum, relatif bisa dilakukan, sedangkan yang mempengaruhi iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh kesetimbangan panas di bumi. Aliran panas dalam sistem iklim di bumi bekerja karena adanya radiasi. Sumber utama radiasi di bumi adalah matahari.

Selanjutnya :
http://www.sumatra-rainforest.org/index.php/en/component/content/article/35-article/58-perubahan-iklim-pemanasan-global-dan-efek-rumah-kaca

BSN Cari Parameter Iklim dan Komoditi

JAKARTA - Badan Standardisasi Nasional (BSN) tengah mencari parameter menghitung pengaruh perubahan iklim terhadap komoditas pangan pertanian.

Kepala BSN Bambang Setiadi mengungkapkan hal ini penting agar Indonesia sebagai negara agraris mampu mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan. "Di Brasil itu sudah bisa menghitung kalau suhu naik dua persen ada tiga komoditi yang hilang. Di Indonesia apa itu sudah ada? Belum. Jadi kita sedang mencari parameter ini," jelasnya, di Jakarta, Kamis (10/11/2011).

Perubahan Iklim

Pembahasan isu perubahan iklim saat ini terfokus pada pembahasan mengenai pengaturan perubahan iklim pasca 2012, khususnya komitmen negara-negara maju untuk penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebagai tindak lanjut periode komitmen pertama Protokol Kyoto. Salah satu penyebab berlarutnya negosiasi dimaksud antara lain disebabkan keengganan negara maju untuk berkomitmen menurunkan emisi GRK nasional-nya tanpa keikutsertaan negara berkembang dan alotnya pembahasan mengenai dukungan pendanaan dan teknologi dari negara maju kepada negara berkembang.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Pengelolaan DAS Citarum

Revolusi industri yang dimulai di Eropa sejak tahun 1840 ditandai oleh pemakaian bahan bakar fosil, terutama konsumsi bahan bakar batubara yang telah meningkatkan secara drastis gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca yang utama yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil tersebut adalah karbondioksida (CO2). Akibat adanya efek gas rumah kaca tersebut telah memicu peningkatan temperatur udara bumi secara global dari tahun ke tahun secara signifikan. Fenomena ini dikenal sebagai pemanasan global.

Perubahan Iklim

Dampak Perubahan Iklim, Indonesia Krisis Air Bersih

BANDUNG, itb.ac.id - Para ahli memprediksi Indonesia akan mengalami kelangkaan air bersih pada tahun 2025. Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja menuturkan, "Bumi terdiri dari 97.5 % air, tetapi hanya 1 % dari air tersebut yang tawar." Air tawar tersebut bersumber dari curah hujan yang tertampung pada danau, situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Diperkirakan Indonesia memiliki total volume air sebesar 308 juta meter kubik, paparnya.

"Berdasarkan data tersebut Indonesia merupakan negara yang kaya akan ketersediaan air," ujar Iwan. Namun, sangat disayangkan potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung menurun akibat pencemaran lingkungan dan kerusakan daerah tangkapan air. Kondisi diperburuk dengan perubahan iklim yang mulai terasa dampaknya sehingga membuat Indonesia mengalami banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Iwan menambahkan, "Padahal di lain pihak kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara eksponensial seiring pertambahan penduduk."

Selanjutnya :
http://www.itb.ac.id/news/3177.xhtml

Perubahan Iklim di Indonesia

Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.

1. Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.

Selanjutnya :
http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=85&Itemid=78

Perubahan Iklim

Perubahan iklim global merupakan malapetaka yang akan datang! Kita telah mengetahui sebabnya - yaitu manusia yang terus menerus menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi.

Kita sudah mengetahui sebagian dari akibat pemanasan global ini - yaitu mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang badai besar. Kita juga telah mengetahui siapa yang akan terkena dampak paling besar - Negara pesisir pantai, Negara kepulauan, dan daerah Negara yang kurang berkembang seperti Asia Tenggara.

Selanjutnya :
http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/